Sahabat Dietela pasti sering sekali mendengar bahwa banyak dari kalangan pekerja, mahasiswa, maupun orang tua mengalami penyakit lambung seperti maag, GERD, atau gastritis. Beberapa bahkan sampai mengalami keadaan yang cukup parah, namun ada juga yang mengalami sakit ringan. Tapi sebenarnya apa sih yang dimaksud dari semua nama-nama penyakit lambung itu? Apakah GERD dan maag penyakit yang sama? Lalu apa penyebab penyakit lambung bisa muncul? Jika sudah memiliki penyakit lambung, apa saja ya hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala dari penyakit tersebut? Yuk, simak penjelasan di bawah ini, Sahabat Dietela!

Sumber gambar: Freepik
Lambung adalah organ pencernaan yang menampung makanan yang masuk ke dalam tubuh. Lambung berada pada bagian perut kiri atas. Selama berada di lambung, makanan akan dicerna dan dicampur dengan asam hidroklorida (atau biasa kita kenal asam lambung) dan enzim pepsin sebelum dikirim ke usus halus. Pada dasarnya, permukaan lambung memiliki lapisan pelindung yang melindungi lambung dari sekresi lambung seperti asam lambung dan enzim pepsin. 1
Namun, ada kalanya lambung mengalami beberapa kerusakan atau penyakit. Beberapa penyakit yang biasa timbul pada lambung diantaranya adalah gastritis, tukak lambung, GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease, dan kanker lambung. 1
Gastritis Dan Tukak Lambung
Gastritis adalah peradangan yang terjadi pada dinding lambung. Peradangan ini dapat bersifat ringan, tidak bergejala, sampai menyebabkan luka, dimana jika tidak ditangani dapat menyebabkan perforasi atau lubang pada dinding lambung. Sedangkan tukak lambung adalah luka yang muncul pada dinding lambung dan usus dua belas jari akibat dinding lambung dan usus dua belas jari yang terus terkikis akibat peradangan. Umumnya, penyebab dari gastritis dan tukak lambung 80% nya berhubungan dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori). Selain itu, tingginya asupan alkohol dan obat anti-inflamasi non-steroid juga dapat menyebabkan penyakit ini. Gejala yang biasanya muncul pada gastritis dan tukak lambung antara lain nyeri ulu hati, sakit perut, mual, muntah, bahkan perdarahan. 4,5.
Kumpulan gejala pada penyakit ini sering dikenal dengan maag. Maag atau yang disebut sindrom dispepsia adalah sekumpulan gejala dimana kondisi perut bagian atas terasa tidak nyaman ataupun sakit secara persisten. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai masalah pencernaan yang mungkin terjadi di lambung seperti akibat dari GERD, tukak lambung, maupun gastritis. Sedangkan, diagnosa gastritis baru dapat ditegakkan dengan melakukan endoskopi untuk melihat keadaan lapisan dinding lambung.5
Gastritis dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan lama waktu terjadinya yaitu gastritis akut dan gastritis kronis.
Gastritis akut
Gastritis akut adalah peradangan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. Terjadi karena proses peradangan akut pada dinding lambung. Ketika terjadi peradangan ini, gejala yang timbul biasanya rasa sakit, muntah, dan jika sudah parah dapat menimbulkan perdarahan dan luka pada lambung. Kondisi gastritis akut umumnya disebabkan oleh obat-obatan seperti aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid lainnya, konsumsi alkohol, dan bakteri beracun. 1
Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah peradangan yang terjadi dalam waktu yang lama biasanya terjadi selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. 4 Gastritis kronis ditentukan dengan terlihat jelasnya erosi pada dinding lambung dan peradangan yang berubah menjadi kronis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan atrofi kelenjar epitel lambung. Terdapat tiga macam gastritis kronis yakni gastritis kronis yang disebabkan oleh bakteri H. pylori, gastritis atrofi, dan gastropati kimia. 1
Infeksi bakteri H. pylori adalah penyebab paling banyak pada gastritis kronis. Bakteri H. pylori adalah bakteri yang tahan terhadap suasana asam yang ada di lambung. Transmisi bakteri ini bisa terjadi antar manusia melalui muntah, air liur, feses, atau bisa juga melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, negara berkembang seringkali memiliki risiko yang lebih tinggi akan infeksi bakteri H. pylori. Namun dengan perbaikan sanitasi, infeksi bakteri ini dapat menurun. Infeksi kronis dari H. pylori dapat menyebabkan atrofi lambung dan tukak lambung. Selain itu, risiko terkena kanker lambung juga dapat meningkat dari infeksi kronis ini. 1,5
Gastritis atrofi adalah keadaan gastritis kronis yang lama kelamaan menyebabkan penipisan lapisan dinding lambung dan penurunan produksi asam lambung. Pada kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya faktor intrinsik di dalam lambung yang dapat membuat seseorang mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin B12 dan anemia yang sangat buruk. Gastritis atrofi dapat disebabkan oleh penyakit autoimun atau disebabkan oleh multifaktor seperti H. pylori, faktor lingkungan, dan makanan. 1
Gastropati kimia adalah cedera lambung kronis yang disebabkan oleh refluks dari isi usus halus, pankreas maupun kand ung empedu. Umumnya terjadi pada orang yang pernah menjalani operasi gastroduodenostomy (tindakan pembedahan yang menghubungkan lambung dengan usus dua belas jari) dan gastrojejunotomi (tindakan pembedahan yang menghubungkan lambung dengan usus jejunum atau usus kosong). 1
Tukak Lambung
Pada kondisi normal, dinding lambung dan usus dua belas jari dapat terlindungi dari aktivitas pencernaan (asam lambung dan pepsin) antara lain dengan adanya mekanisme sekresi lendir, dan produksi bikarbonat untuk menetralkan kembali asam lambung. Sedangkan tukak lambung, yang berarti munculnya luka pada dinding lambung dan/atau usus dua belas jari, terjadi karena mekanisme perlindungan dinding lambung dan usus dua belas jari tidak berfungsi dengan baik. Biasanya terjadi karena adanya gastritis atau peradangan kronis. 5
Penyebab utama dari tukak lambung adalah infeksi H. pylori, gastritis, penggunaan aspirin, obat-obatan anti-inflamasi non-steroid, dan penyakit parah lainnya. Stres juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena tukak lambung. Konsumsi alkohol secara berlebih dapat merusak dinding lambung, memperburuk kondisi tukak lambung, dan menghambat pengobatan tukak lambung. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung karena tembakau dapat menurunkan produksi bikarbonat dan aliran darah pada dinding lambung, memperparah peradangan, dan menyebabkan komplikasi pada infeksi H. pylori. 5
Kejadian tukak lambung dapat dicegah dengan deteksi dini infeksi H. pylori. Pada kondisi ringan, gejala yang muncul sama seperti sindrom dispepsia dan gejala gastritis. 5
Perut yang terasa tidak enak adalah gejala paling umum dari tukak lambung, biasanya terasa seperti rasa terbakar pada saat perut kosong saat jeda antara waktu makan atau saat malam hari. Gejala pada tukak lambung dapat bertahan selama beberapa menit, jam, atau dapat hilang timbul selama beberapa hari ataupun minggu. Gejala lainnya dari penyakit ini antara lain kembung, sendawa, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.5
Makanan dan gaya hidup yang perlu diperhatikan untuk penderita gastritis dan tukak lambung
- Makanan yang asam
Efek dari mengonsumsi makanan yang asam bisa sangat berbeda bagi setiap individu. Hal ini dikarenakan tingkat keasaman makanan, baik itu dari buah, maupun minuman sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada sebagian penderita gastritis. Tingkat keasaman yang terdapat pada buah atau makanan lain tidak lebih asam dibanding tingkat keasaman lambung. Lambung memiliki tingkat keasaman dengan pH 1 sampai 3. Sedangkan jus jeruk memiliki pH 3.2 sampai 3.6, dan pH pada minuman bersoda biasanya berkisar pada angka 2.8 sampai 3.5. Beberapa penderita gastritis atau tukak lambung mengaku mengalami rasa yang tidak nyaman pada perut ketika mengonsumsi makanan yang asam. Namun begitu, pengakuan ini tidak selalu terjadi pada penderita yang lain. Sehingga rekomendasi untuk menghindari makanan asam akan sangat personal kepada masing-masing individu terhadap bagaimana efeknya pada tubuh mereka. 5
- Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebih setidaknya dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan terluar dinding lambung, memperparah penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau bahkan mengganggu proses pengobatan pada penderita tukak lambung. Begitu pula dengan konsumsi bir dan anggur, kedua minuman tersebut dapat secara signifikan meningkatkan sekresi asam lambung, sehingga perlu dihindari untuk penderita gastritis maupun tukak lambung. 5
- Kopi dan kafein
Kopi dan kafein dapat menstimulasi sekresi asam lambung dan menurunkan tekanan pada sfingter kerongkongan (otot melingkar yang membuka dan menutup kerongkongan sesuai kebutuhan). Meski begitu, kopi dan kafein bukanlah penyebab terjadinya tukak lambung tetapi hanya menyebabkan efek-efek seperti penurunan tekanan pada sfingter esofagus. Sehingga, memicu terjadinya refluks dan peningkatan asam lambung setelah konsumsi kopi dan kafein, dan menyebabkan rasa kurang nyaman pada lambung.5
- Makanan pedas
Makanan pedas yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, terlebih tidak dikonsumsi dengan makanan lain, dapat menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung dan menyebabkan erosi kecil yang sementara dan peradangan pada dinding lambung. Oleh karena itu penderita gastritis ataupun tukak lambung perlu menghindari konsumsi makanan pedas. 5
- Stres
Ketika seseorang sedang berada dalam keadaan stres, lambung dapat memproduksi asam lambung lebih banyak sehingga menyebabkan iritasi pada dinding lambung. Jika dibiarkan lebih parah, dinding lambung dapat mengalami peradangan atau gastritis. Hal ini menjelaskan bahwa menghindari stres dapat membantu kita mencegah mengalami gastritis. 6
- Frekuensi makan
Frekuensi makan juga diketahui dapat berpengaruh pada kejadian gastritis, karena saat seseorang tidak makan dalam jangka waktu yang lama, atau tidak makan pada jadwal yang rutin, dapat menyebabkan asam lambung diproduksi lebih banyak. Banyaknya asam lambung kemudian dapat mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan peradangan. 7
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu kondisi dimana isi lambung naik kembali ke esofagus atau kerongkongan yang disertai dengan beberapa gejala atau komplikasi. Salah satu gejalanya adalah heartburn yang dikarenakan asam lambung yang tempatnya di lambung, masuk dan naik ke esofagus, sehingga menyebabkan rasa sakit dan terbakar. 3,5 Saat ini, GERD cukup sering terdengar di telinga kita ya, Sahabat Dietela. Hal ini karena GERD memang merupakan penyakit yang cukup umum terjadi dan memengaruhi 15% sampai 25% dari populasi dunia.2,9
GERD dapat muncul setelah seseorang makan dan juga merupakan akibat dari melemahnya sfingter esofagus, yang merupakan otot yang terletak di bagian bawah esofagus dan berbentuk seperti cincin yang bekerja untuk menutup atau membuka jalur sesuai kebutuhan. Selain itu, GERD juga dapat terjadi akibat meningkatnya tekanan dari lambung ke kerongkongan. Asam lambung dapat naik ke kerongkongan karena salah satu dari dua hal tersebut. 3
Makanan yang masuk ke lambung biasanya dicegah untuk naik kembali ke kerongkongan oleh sfingter esofagus. Jadi saat ada makanan yang ditelan melalui kerongkongan, makanan tersebut akan turun ke kerongkongan lalu turun ke lambung melewati sfingter esofagus. Otot halus yang ada pada sfingter ini normalnya akan relaksasi dan membuka jalur untuk makanan tersebut masuk ke dalam lambung. Lalu kemudian sfingter akan menutup kembali dan akan terus tertutup pada keadaan normal. Namun, karena lokasi lambung yang banyak berhimpit dengan organ lain di rongga perut bagian atas, ada kecenderungan meningkatnya tekanan pada area lambung. Jika sfingter esofagus seseorang melemah atau tidak dapat berfungsi dengan baik, maka sfingter tersebut tidak bisa menahan tekanan yang terjadi tersebut, sehingga refluks atau kembalinya isi lambung ke kerongkongan akan terjadi dari tempat bertekanan tinggi (lambung) ke tempat bertekanan rendah (kerongkongan). Sfingter yang lemah dapat terjadi karena cacat bawaan atau akibat adanya kerusakan pada kerongkongan. Jika GERD terjadi berulang kali, hal ini dapat menyebabkan keadaan yang lebih parah karena asam lambung yang terus naik ke area esofagus, bisa mengiritasi permukaan kerongkongan dan membuat luka pada area tersebut. 3
Namun pada kondisi lain, meskipun keadaan sfingter normal dan tidak ada kerusakan, refluks tetap dapat terjadi jika ada tekanan tinggi yang tidak biasa pada lambung menuju sfingter. Contohnya, seperti keadaan lambung yang terisi sangat penuh, tekanan pada perut dapat meningkat secara signifikan. Hal ini biasa terjadi ketika seseorang makan dengan porsi yang sangat banyak, saat kehamilan, ataupun obesitas. Tekanan abdominal (perut) yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga dada menyebabkan perbedaan tekanan antara kerongkongan dan rongga perut sangat tinggi sehingga refluks terjadi. Tiduran setelah makan, mengangkat benda berat, membungkuk, mengejan dan beberapa pengobatan juga bisa berkontribusi terhadap kejadian refluks. 3
Beberapa manifestasi klinis yang terjadi saat GERD antara lain rasa terbakar pada ulu hati, sendawa yang meninggalkan rasa asam, regurgitasi atau naiknya kembali makanan yang sudah ditelan ke kerongkongan yang terasa seperti muntah, disfagia atau susah menelan, hingga batuk. Rasa sakit yang disebabkan GERD biasanya muncul dalam 30-60 menit setelah makan atau saat tidur. 3
Penanganan pada penyakit GERD biasanya berfokus pada menghindari posisi-posisi dan/atau kondisi-kondisi yang meningkatkan kemungkinan refluks. Penderita GERD direkomendasikan untuk menghindari makan dengan porsi besar dan makanan yang menurunkan kekuatan otot sfingter esofagus seperti kafein, lemak, dan cokelat, serta menghindari konsumsi alkohol dan merokok. Disarankan juga untuk makan dalam posisi duduk tegak dan menghindari posisi telentang beberapa jam setelah makan. Membungkuk dalam durasi yang lama juga perlu dihindari karena hal ini dapat meningkatkan tekanan intra-abdominal dan menyebabkan refluks. Selain itu, tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari perut juga dapat membantu mencegah terjadinya refluks selama tidur. Bagi penderita yang overweight, menurunkan berat badan sangat direkomendasikan untuk mencegah refluks. 1
Kanker Lambung
Kanker lambung menurut World Cancer Research Fund, pada tahun 2018 merupakan penyakit kanker paling umum kelima di dunia dengan estimasi kasus barunya sebanyak 1.033.701 untuk kedua jenis kelamin. Faktor-faktor yang mungkin dapat meningkatkan risiko kanker lambung antara lain faktor genetik, asupan yang mengandung bahan karsinogenik, autoimun gastritis, dan adanya polip. Infeksi kronis dengan bakteri H. pylori juga dapat menjadi kofaktor pada beberapa tipe kanker lambung. 1
Pada umumnya, kanker lambung tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala non spesifik pada stadium awal. Kanker lambung yang sudah membesar dapat menyebabkan tubuh menjadi lemah, lelah, kembung setiap setelah makan, sakit perut, mual, muntah, diare ataupun konstipasi. Pertumbuhan kanker lebih lanjut juga dapat membuat seseorang mengalami penurunan berat badan, muntah darah, dan mengalami perdarahan saat buang air besar. 1
Penderita kanker lambung dapat mengonsultasikan kebutuhan gizinya kepada ahli gizi untuk mendapatkan rencana makan yang disesuaikan dengan kondisi terkini, toleransi lambung, preferensi dan kenyamanan masing-masing. Lalu pada kanker lambung tahap lebih lanjut, sangat mungkin untuk penderita kanker lambung hanya mengonsumsi makanan dalam bentuk cair, baik melalui oral atau jika tidak memungkinkan bisa dibantu dengan pembuatan jalur makan langsung ke lambung atau usus halus. 5
Rekomendasi umum yang dapat diberikan untuk menghindari kanker lambung adalah menjaga berat badan yang ideal, rutin melakukan aktivitas fisik, menghindari rokok dan konsumsi alkohol, serta menjaga kebersihan. Sedangkan untuk pola makan disarankan untuk meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oatmeal, ubi, kentang, roti gandum utuh. Menghindari daging merah berlebih dan lemak jenuh yang biasanya berasal dari mentega, minyak kelapa, minyak sawit, produk susu penuh lemak juga direkomendasikan. 8
Setelah mengetahui serba-serbi dari beberapa penyakit lambung di atas, penting sekali bagi kita untuk menjaga pola hidup sehat nih, Sahabat Dietela. Mulai dari menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengatur pola makan dengan makan yang teratur dan terjadwal, menghindari perilaku hidup tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi alkohol, serta meningkatkan aktivitas fisik dan mengelola stres dengan baik.
Editor: Dyonisa Nasirochmi Pakha, dr., M.Sc
Referensi
- Norris, Tommie. Porth’s essentials of pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins, 2020.
- Riddell, Robert; Jain, Dhanpat. Lewin, Weinstein and Riddell’s Gastrointestinal Pathology and its Clinical Implications. Lippincott Williams & Wilkins, 2014.
- Lazenby, Ramona Browder. Handbook of Pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins, 2011.
- Webster-Gandy, Joan; Madden, Angela; Holdsworth, Michelle (ed.). Oxford handbook of nutrition and dietetics. Oxford University Press, 2020.
- Mahan, L. Kathleen; Raymond, Janice L. Krause’s food & the nutrition care process-e-book. Elsevier Health Sciences, 2016.
- Tussakinah, Widiya; Masrul, Masrul; Burhan, Ida Rahman. Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 2018, 7.2: 217-225.
- Wahyu, Duwi; Supono, Nurul Hidayah. Pola Makan Sehari-hari Penderita Gastritis. J Inf Kesehat Indones, 2015, 1.1.
- Lozano, Elena Carrillo; Zárate, Virginia Osés; Del Portillo, Rocío Campos. Nutritional management of gastric cancer. Endocrinología, Diabetes y Nutrición (English ed.), 2021, 68.6: 428-438.
- Zaterka, Schlioma, et al. Historical perspective of gastroesophageal reflux disease clinical treatment. Arquivos de gastroenterologia, 2019, 56: 202-208.