Ini Dia Panduan Makan untuk Penderita GERD!

GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah masalah klinis yang sangat umum terjadi dan menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Insiden penyakit ini cukup tinggi pada populasi umum, dengan estimasi insiden sebanyak sepertiga populasi dunia.1 Pada umunya, penyakit ini ditandai dengan adanya rasa sakit dan terbakar pada ulu hati, naiknya kembali cairan atau makanan dari lambung ke kerongkongan, atau munculnya peradangan pada kerongkongan yang dapat menyebabkan kesulitan untuk menelan. 2 Sebelum pembahasan lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui penyebab terjadinya GERD.

Sumber gambar: Freepik

Normalnya, tubuh memiliki kondisi fisiologis yang disebut Gastroesophageal Reflux (GER) yang merupakan mekanisme yang memungkinkan terjadinya refluks atau naiknya kembali isi lambung ke area kerongkongan. GER dapat terjadi pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa yang sehat dan normal, biasanya terjadi setelah konsumsi makanan dalam porsi yang cukup banyak. Pada kondisi normal ini, umumnya GER terjadi sangat singkat dan tidak menyebabkan gejala yang mengganggu atau komplikasi. 3,12

Apa itu GERD?

GER yang terjadi bersamaan dengan beberapa gejala atau komplikasi akan menjadi penyakit yang kita sebut Gastroesophageal reflux disease (GERD). 3 GERD adalah kondisi kronis dan berulang yang memiliki risiko yang signifikan untuk menyebabkan morbiditas dan berpotensi pada mortalitas akibat dari komplikasinya. Gejala yang muncul dari GERD adalah heartburn atau rasa terbakar pada ulu hati, kesulitan atau nyeri saat menelan, sakt perut bagian atas, mual dan muntah. Diantara banyaknya pasien yang melakukan diagnosis sendiri pada diri sendiri, mengobati sendiri dan tidak mencari pertolongan medis terhadap gejala GERD, terdapat juga pasien yang menderita pada keadaan yang lebih parah  hingga mengalami kerusakan pada kerongkongannya dimana kerongkongannya bisa mengalami peradangan hingga munculnya luka. 4

Faktor risiko dan penyebab GERD

Faktor risiko GERD antara lain usia lanjut, overweight atau obesitas, merokok, kecemasan/depresi, kurangnya aktivitas fisik, dan hamil. Kebiasaan makan juga dapat berkontribusi pada GERD seperti makanan yang asam atau pedas, porsi berlebih, dan waktu makan yang mendekati waktu tidur. 5

Penyebab terjadinya GERD umumnya adalah akibat kelainan pada sfingter kerongkongan bagian bawah (Lower Esophageal Sphicter/LES) tapi ada beberapa faktor lain yang dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit ini. Penyebab paling umum adalah relaksasi sementara pada sfingter kerongkongan bawah atau transient lower esophageal sphincter relaxations (TSLERs) yang terjadi karena distensi lambung (biasa dikenal dengan perut kembung) akibat terisi gas atau makanan yang berlebih. TLESRs adalah keadaan singkat dimana sfingter esofagus bagian bawah mengalami relaksasi yang terjadi bukan karena kondisi menelan. Normalnya, sfingter kerongkongan bawah akan relaksasi ketika kita sedang menelan makanan agar makanan bisa masuk ke dalam lambung. Sedangkan pada penderita GERD, relaksasi tersebut dapat terjadi bahkan saat kita sedang tidak menelan makanan. Sehingga menyebabkan refluks. Faktor lain yang menyebabkan GERD antara lain berkurangnya tekanan pada LES dan penundaan pengosongan lambung.5

Gejala GERD

Manifestasi klinis dari GERD antara lain heartburn atau rasa sakit dan terbakar pada ulu hati yang bisa menjalar ke pundak dalam kurun waktu yang cukup singkat, naiknya isi lambung (makanan dan asam lambung) ke kerongkongan yang terasa seperti muntah, sendawa yang meninggalkan hawa asam pada rongga mulut, dan sulit menelan. Gejala ini biasanya terjadi antara 30-60 menit setelah makan ataupun saat tidur. 6

Panduan makan untuk penderita GERD

Lalu, apa saja ya yang perlu kita perhatikan ketika kita menderita GERD? Berikut penjelasannya.

A. Minuman yang perlu dihindari

Biasanya penderita GERD direkomendasikan untuk menghindari beberapa jenis minuman seperti minuman berkarbonasi, kopi, dan alcohol. Hal ini disebabkan minuman berkarbonasi disebut dapat menyebabkan lambung menjadi kembung dan meningkatkan tekanan dari lambung ke kerongkongan sehingga terjadi refluks. 8 Begitu pula dengan kopi yang kafeinnya secara teori dapat menyebabkan relaksasi pada otot sfingter kerongkongan bawah. Sedangkan alkohol juga banyak diteliti dapat meningkatkan episode refluks setelah dikonsumsi. 9

Meskipun begitu, penelitian yang menunjukkan hal-hal di atas masih sangat terbatas dan juga masih ada penelitian yang hasilnya bertolak belakang dengan teori yang ada. Sehingga, pembatasan terhadap jenis minuman ini akan sangat personal pada setiap penderita GERD dan perlu melihat bagaimana respon masing-masing individu pada minuman-minuman tersebut.5

B. Beberapa jenis makanan yang perlu dihindari

Ada beberapa jenis makanan yang juga sering disarankan untuk dihindari seperti cokelat, mint, dan makanan pedas. Cokelat yang mengandung kafein dan kakao dapat mendorong relaksasi pada sfingter kerongkongan bawah. Sama halnya dengan mint yang dilaporkan dapat menyebabkan gejala GERD muncul karena terjadi relaksasi pada sfingter kerongkongan bawah. Sedangkan makanan pedas sebenarnya tidak menyebakan perubahan fisiologis pada lambung dan kerongkongan. Hanya saja, makanan pedas dapat mengiritasi dinding kerongkongan dan membuat sensasi yang mirip dengan heartburn. 5

Sama halnya dengan minuman, sebenarnya jenis makanan yang disebutkan di atas juga tidak bisa digeneralisir untuk seluruh penderita GERD karena masih kurangnya data dan perbedaan hasil penelitian dari teori. Sehingga tetap perlu melihat respon masing-masing individu terhadap makanan-makanan tersebut.5

  • Hindari makanan berlemak
    Makanan tinggi lemak, khususnya makanan yang digoreng dan berminyak dihipotesa dapat memperburuk gejala GERD. Lemak adalah zat gizi yang padat kalori yang pada proses pencernaannya membutuhkan sekresi dari garam empedu yang dapat menjadi iritan potensial terhadap kerongkongan dan juga mengeluarkan zat yang menjadi mediator neurohormonal untuk otot sfingter kerongkongan bagian bawah. 5
    Lebih lanjut, terdapat penelitian yang melaporkan adanya peningkatan waktu pajanan asam pada kerongkongan dan perubahan pada tekanan sfingter kerongkongan bawah setelah mengonsumsi lemak. 5
  • Kurangi asupan gula dan karbohidrat sederhana serta perbanyak konsumsi serat
    Karbohidrat sederhana, ketika dicerna dan berakhir pada proses fermentasi oleh bakteri di usus besar, akan menyebabkan keluarnya neurohormonal yang menyebabkan sfingter kerongkongan bawah mengalami relaksasi, yang kemudian dapat menyebabkan heartburn. 11 Banyak penelitian lain yang menggambarkan hubungan gejala GERD, episode refluks, dan pencernaan karbohidrat. Salah satu contohnya adalah analisis pada 12 pasien GERD yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mengonsumsi asupan tinggi karbohidrat dan yang mengonsumsi asupan rendah karbohidrat. Hasil analisis dari penelitian tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan pada total waktu kerongkongan terpajan dengan asam dan jumlah episode refluks, dimana pasien GERD yang mengonsumsi asupan rendah karbohidrat memiliki total waktu dan episode refluks yang lebih rendah. 12
    Jenis karbohidrat yang dikonsumsi sangat berpengaruh pada GERD. Disaat asupan karbohidrat sederhana menunjukkan adanya peningkatan gejala pada GERD, asupan serat menunjukkan hubungan yang sebaliknya. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya perbaikan pada gejala heartburn penderita GERD ketika mereka mengonsumsi lebih banyak serat. Perbaikan yang terjadi setara dengan ketika seseorang diberikan antacid untuk mengatasi heartburn. Begitu pula dengan terjadinya penurunan episode refluks setelah mengonsumsi lebih banyak serat. 5

C. Pengaturan pola makan

Selain menghindari beberapa jenis makanan dan minuman, serta pengaturan asupan zat gizi makro, mengatur pola makan juga dapat berpengaruh dalam manajemen GERD. Pengaturan pola makan seperti menghindari makan pada waktu malam mendekati jam tidur dan mengurangi porsi makan yang padat kalori. 5

Menghindari makan pada waktu malam yang mendekati jam tidur dapat diatasi dengan menjadwalkan makan malam pada waktu lebih cepat. Rekomendasi untuk makan malam dalam waktu yang lebih cepat ini didasarkan pada penelitian yang menyebutkan bahwa hal itu dapat mengurangi episode refluks saat tidur karena lambung sudah memroses untuk pengosongan lambung, yang biasanya memakan waktu sampai 4 jam untuk 90% makanan tercerna keluar dari lambung, dan berkurangnya asam lambung. 5

Untuk besarnya porsi makanan juga ada penelitian yang membuktikan bahwa ada hubungan antara banyaknya kalori dan porsi makan dengan peningkatan pajanan kerongkongan terhadap asam lambung. 10

D. Posisi dan kondisi yang meningkatkan kemungkinan reflux

Penderita GERD direkomendasikan makan dalam posisi duduk tegak. Setelah makan, hindari posisi tidur telentang karena dapat menyebabkan refluks. Posisi lain yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdominal dan menyebabkan refluks adalah membungkuk dalam waktu yang lama. Selain itu, rekomendasi untuk mencegah refluks di malam hari adalah dengan mengusahakan tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari perut. 7

Pada intinya, penderita GERD perlu memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi (termasuk menghindari makanan tinggi lemak dan gula sederhana), pola makan, dan posisi tubuh. Meskipun rasa kurang nafsu makan seringkali muncul ketika mengalami GERD, pola makanmu tetap perlu dijaga. Konsultasi dengan Ahli Gizi untuk mengetahui porsi dan komposisi makan yang tepat sesuai kondisi-mu (terutama ketika mengalami GERD) agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi!

Editor: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, SKM, MKM

Referensi

  1. El-Serag HB, Sweet S, Winchester CC, et al. Update on the epidemiology of gastro-oesophageal reflux disease: A systematic review. Gut 2014;63:871-80. 10.1136/gutjnl-2012-304269
  2. Spechler SJ. Clinical manifestations and esophageal complications of GERD. Am J Med Sci 2003;326:279-84. 10.1097/00000441-200311000-00004
  3. Mahan, L. Kathleen; Raymond, Janice L. Krause’s food & the nutrition care process-e-book. Elsevier Health Sciences, 2016.
  4. Heidelbaugh, J. J.; Rew, K. T.; Harrison, R. V. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). UMHS GERD Guideline, 2013.
  5. Newberry, Carolyn; Lynch, Kristle. The Role of diet in the development and management of gastroesophageal reflux disease: why we feel the burn. Journal of thoracic disease, 2019, 11.Suppl 12: S1594.
  6. Lazenby, Ramona Browder. Handbook of Pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins, 2011.
  7. Norris, Tommie. Porth’s essentials of pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins, 2020.
  8. Cuomo R, Sarnelli G., Savarese MF, et al. Carbonated beverages and gastrointestinal system: Between myth and reality. Nutr Metab Cardiovasc Dis 2009;19:683-9. 10.1016/j.numecd.2009.03.020
  9. Hamoui N, Lord RV, Hagen JA, et al. Response of the lower esophageal sphincter to gastric distention by carbonated beverages. J Gastrointest Surg 2006;10:870-7. 10.1016/j.gassur.2005.11.010 
  10. Colombo P, Mangano M, Bianchi PA, et al. Effect of calories and fat on postprandial gastro-oesophageal reflux. Scand J Gastroenterol 2002;37:3-5. 10.1080/003655202753387266 
  11. Piche T, des Varannes SB, Sacher-Huvelin S, et al. Colonic fermentation influences lower esophageal sphincter function in gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology 2003;124:894-902. 10.1053/gast.2003.50159
  12. Wu KL, Kuo CM, Yao CC, et al. The effect of dietary carbohydrate on gastroesophageal reflux disease. J Formos Med Assoc 2018;117:973-8. 10.1016/j.jfma.2017.11.001
  13. Kahrilas, Peter J. Patient education: Gastroesophageal reflux disease in adults (Beyond the Basics). Uptodate [consultado Abril 2020] Disponível em: http://www. uptodate. com, 2022.