Faktor Lingkungan Ini Ternyata Pengaruhi Pilihan Makan Kita!

Tahukah kamu, kita makan sesuatu bukan hanya dipengaruhi oleh faktor individu saja lho! Selama ini, kita merasa bahwa apa yang kita makan ditentukan dari apa yang kita suka, kebiasaan, nilai yang kita anut, kondisi emosi kita, atau mungkin kondisi kesehatan kita. Padahal, faktor lingkungan juga bisa memengaruhi pilihan makan kita. Simak penjelasannya yuk!

Sumber gambar: Freepik

Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor penentu dalam mengembangkan dan mempertahankan gaya hidup sehat.2

1. Ketersediaan dan aksesibilitas makanan

Ketersediaan makanan untuk seseorang atau populasi tertentu dipengaruhi oleh aspek geografis dan sosioekonomi. Pada negara berkembang, aspek geografi merupakan hal penting karena pilihan makan seringkali terbatas pada bahan makanan yang diproduksi secara lokal. Kandungan zat gizi yang kurang pada makanan lokal dapat menjadi zat gizi yang kurang dikonsumsi oleh populasi. Sementara itu, di negara maju, kemampuan menyimpan, mentransportasikan, dan memproses makanan sudah lebih berkembang sehingga makanan umumnya dapat tersedia sepanjang tahun dan makanan dapat diproduksi dari lokasi yang jauh sekalipun.3

Orang cenderung memilih makanan yang dapat diakses dan sesuai dengan kemampuan finansial dan kesibukan mereka. Konsumen yang mengedepankan kepraktisan akan memilih untuk makan diluar, membawa pulang makanan jadi, atau menggunakan jasa pengantaran (delivery) makanan. Bahkan jika mereka memasak makanan sendiri, mereka akan memilih makanan yang dimasak secara praktis (kurang dari 20 menit) dan menggunakan bahan makanan sedikit saja. Saat ini, banyak tersedia makanan yang praktis, sehingga lebih sedikit orang yang belajar masak untuk menyiapkan makanan di rumah. Hal tersebut memiliki dampak buruk, yaitu orang yang kemampuan masaknya kurang cenderung sering membeli makanan instan dan terproses yang tinggi gula, garam, dan lemak jenuh. Sementara itu, orang yang bisa memasak dan sering makan di rumah cendrung membuat pilihan makan yang lebih sehat.1

Ketika makan di luar, seringkali makanan yang dipilih adalah yang murah namun tinggi lemak jenuh dan garam, sedangkan kandungan kalsium, serat, dan zat besi rendah.1 Masalah lainnya adalah menu makanan sehat di tempat kerja dan sekolah tidak selalu tersedia. Sementara itu, makanan kurang sehat yang tinggi lemak, gula, dan garam banyak tersedia di sekitar sekolah.2

2. Harga makanan

Harga makanan dapat memengaruhi pilihan makan seseorang. Di beberapa tempat, produk yang sudah diolah sedemikian rupa menggunakan lemak dan gula (ultraprocessed) terkadang lebih murah dibandingkan produk makanan segar. Dampak hal tersebut adalah orang dengan tingkat pendapatan rendah mengonsumsi lebih sedikit buah dan sayur dibandingkan orang berpendapatan tinggi.2

3. Budaya dan tradisi makan

Budaya dan tradisi makan memiliki pengaruh besar terhadap pola makan.2 Seseorang cenderung memilih makanan yang mereka konsumsi sejak kecil.1 Contohnya, beberapa imigran (orang yang datang dari negara lain dan tinggal menetap di suatu negara 4) cenderung mempertahankan tradisi makan mereka di tempat asal, yang dapat memengaruhi pola makan.2 Namun mereka juga mungkin bersedia untuk mencoba makanan baru, terutama ketika bepergian. Setiap negara, bahkan setiap daerah pada tiap negara, memiliki makanan khasnya masing-masing dan cara mengombinasikan makanan tersebut dengan makanan lain.1 Contohnya, di Indonesia dan Jepang, makanan yang umum dikonsumsi adalah nasi, sedangkan di Italia adalah pasta.

4. Kebiasaan sosial

Kebiasaan sosial dapat memiliki pengaruh besar pada pilihan makan dan gaya hidup. Contohnya, anak-anak dan remaja mungkin mendapatkan dorongan untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) ketika sedang bersama teman-temannya. Makanan dapat mengekspresikan perayaan dan kebersamaan, waktu makan dianggap sebagai kesempatan untuk kebersamaan. Contohnya, ketika perayaan ulang tahun atau pernikahan dapat dirasakan adanya dorongan untuk mengonsumsi makanan kurang sehat dalam jumlah berlebih.2 Kebiasaan sosial juga membuat orang-orang menerima makanan atau minuman yang disediakan oleh tuan rumah atau anggota kelompok sosial lain, meskipun saat tidak lapar. Orang-orang juga cenderung makan lebih banyak ketika sedang bersosialisasi dibandingkan ketika sedang makan sendiri.1

5. Struktur sosial

Struktur sosial juga dapat memengaruhi pola makan. Keluarga telah dianggap menjadi faktor penentu pilihan makan anggota keluarga. Mempelajari pilihan makan ketika masih anak-anak dilakukan dengan memperhatikan perilaku makan anggota keluarga lainnya dan teman. Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan preferensi makan anak. Maka dari itu, selain memperlihatkan contoh perilaku makan yang baik, orang tua juga harus menyediakan makanan yang sehat dalam porsi cukup dan tidak memaksa anak untuk makan. Hal tersebut karena kontrol orang tua yang terlalu ketat akan membatasi kesempatan anak untuk mengatur sendiri asupan energinya.2

6. Iklan makanan

Saat ini, informasi kesehatan, gizi, dan makanan tersebar luas dalam semua media massa, seperti televisi, radio, dan jaringan media sosial. Periklanan makanan dilakukan menggunakan beragam strategi, contohnya melalui televisi dan internet yang merupakan media massa yang paling populer saat ini.2

Industri makanan saling berkompetisi untuk mendapatkan uang dari konsumen, mereka membujuk (persuasi) konsumen untuk mengonsumsi lebih banyak makanan dan lebih sering.1 Beberapa industri makanan mengiklankan makanan dan minuman dengan kandungan pemanis tinggi (contohnya cookies dan soft drink) karena dapat memberi keuntungan yang besar.5 Periklanan melalui media memiliki daya persuasi yang tinggi dan industri makanan merupakan salah satu pengiklan terbesar, menghabiskan lebih banyak uang dibandingkan yang diinvestasikan untuk mengampanyekan gaya hidup sehat.2

Ternyata, hal-hal yang memengaruhi pilihan makan kita beragam. Meskipun ada tantangan, namun bukan tidak mungkin kita tetap bisa membangun pilihan makan yang sehat. Bersama Ahli Gizi Dietela, kamu bisa mengubah pola makan sehat menjadi lebih sehat dengan nyaman dan hasilnya bertahan lama.

Editor: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, SKM, MKM

Referensi

  1. Whitney E, Rolfes SR. Understanding Nutrition. 16th ed. Boston: Cengage Learning, Inc., 2022.
  2. Galanakis CM (ed). Trends in Personalized Nutrition. Massachusetts: Academic Press, 2019.
  3. Smolin LA, Grosvenor MB, Gurfinkel D. Nutrition: Science and Applications. 3rd ed. Toronto: John Wiley & Sons Canada, Ltd., 2020.
  4. KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/.
  5. Wardlaw GM. Contemporary nutrition: a functional approach. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Education, 2012.