Apakah Balon Lambung (Intragastric Balloon/IGB) Efektif?

Apa itu balon lambung (intragastric balloon)?

Balon lambung (intragastric balloon/IGB) merupakan balon lembut, halus, dan tahan lama (durable) yang terbuat dari karet silikon. Balon lambung dirancang untuk diletakkan dalam lambung untuk mengurangi kapasitas lambung dan membuat seseorang merasa kenyang dengan jumlah makanan yang dikonsumsi lebih sedikit.1,2 Balon lambung mengurangi kapasitas lambung untuk menampung makanan, sehingga dapat membantu mengurangi asupan kalori.3 Maka dari itu, balon lambung dilakukan untuk membantu penurunan berat badan.

Sumber gambar: Healthdirect Australia

Syarat untuk menjalani prosedur pemasukkan intragastric balloon

Untuk dapat menjalani prosedur pemasukkan balon lambung, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu 4:

  1. Memiliki indeks massa tubuh (IMT) di antara 30-40 kg/m2 dengan kondisi yang berkaitan dengan obesitas, misalnya diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.
  2. Belum pernah menjalani operasi untuk penurunan berat badan (misalnya bedah bariatrik).

Sementara itu, kondisi yang membuat balon lambung tidak dapat dilakukan adalah 3:

  1. Sudah menjalankan operasi pada lambung
  2. Koagulopati (gangguan pembekuan darah)
  3. Penyakit hati (liver) parah
  4. Lesi (luka) berdarah pada saluran pencernaan atas
  5. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis)
  6. Inflammatory bowel disease (Crohn’s disease and ulcerative colitis) yang cirinya adalah peradangan kronis pada saluran pencernaan.
  7. Hiatal hernia, yaitu bagian atas lambung menojol ke atas melewati otot yang membatasi perut dan dada (diafragma).
  8. Hamil maupun berencana untuk hamil
  9. Alkoholik
  10. Pengguna obat terlarang

Bagaimana prosedur memasukkan balon lambung ke dalam lambung?

Proses memasukkan balon lambung ke dalam lambung biasanya memakan waktu 20 menit hingga 1 jam.2 Proses tersebut dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu 1,2:

  1. Pasien akan dibius, sehingga terasa sangat mengantuk dan nyaman.
  2. Dokter memasukkan endoskop ke dalam mulut dan memeriksa kerongkongan, lambung, dan usus halus untuk memastikan tidak ada hal yang membuat balon lambung menjadi tidak aman (contohnya adanya luka pada lapisan lambung/ulcer). Endoskop merupakan alat seperti kamera yang berbentuk semacam tabung sempit dan fleksibel dan dilengkapi dengan lampu.
  3. Jika semuanya terlihat normal, maka tabung kecil bernama kateter akan dimasukkan di samping endoskop. Balon yang masih kempes dipasang di ujung kateter.
  4. Endoskop memandu proses memasukkan kateter melalui kerongkongan ke lambung.
  5. Setelah balon lambung sudah berada di lokasi yang tepat, maka akan diisi dengan cairan saline (campuran garam dan air) sebanyak 400-700 mL maupun udara sebanyak 650-750 mL. Cairan yang dimasukkan ke dalam balon lambung dapat diberi pewarna biru untuk membantu mendeteksi jika balon lambung pecah (urine menjadi biru).
  6. Dokter menggunakan endoskop untuk melepaskan kateter dari balon lambung. Balon lambung akan tersegel atau tertutup dengan sendirinya menggunakan sebuah katup.
  7. Dokter menarik endoskop dan kateter, meninggalkan balon lambung yang sudah diisi di dalam lambung.

Selama 2 minggu setelah balon lambung dimasukkan, pasien akan menjalani diet liquid, yaitu asupan makan yang hanya berupa cairan (minuman dan makanan yang dijadikan tesktur cair), diikuti transisi ke makanan biasa secara bertahap.1 Dokter akan memberikan rencana makan yang ketat kepada pasien.1,2

Setelah 6 bulan, balon lambung akan dikeluarkan dari tubuh untuk mengurangi kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.4

Apa kelebihan balon lambung?

Balon lambung (intragastric balloon) dianggap memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  1. Tidak invasif (noninvasive)
    Balon lambung tidak insvasif karena untuk memasukkan atau mengeluarkan balon lambung tidak diperlukan operasi membuka kulit dan organ tubuh.
  2. Hanya untuk sementara
    Balon lambung didesain untuk berada di lambung selama 6 bulan. Ketika program sudah selesai atau ketika dokter menyarankan, balon lambung dapat dikeluarkan dari tubuh.1
  3. Dapat diubah seperti keadaan semula (reversibel)
    Balon lambung dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan struktur (anatomi) lambung.5 Karena tidak invasif, setelah balon lambung dikeluarkan dari tubuh, maka keadaan tubuh dapat kembali seperti semula. Lain halnya dengan prosedur bedah bariatrik (bariatric surgery) yang dapat memotong bagian saluran pencernaan untuk mengurangi banyaknya makanan yang dapat dikonsumsi seseorang.

Apa kekurangan intragastric balloon?

Balon lambung dapat menimbulkan beberapa efek samping, yaitu 1,2,4,6:

  1. Mual, muntah, atau kram perut selama beberapa hari setelah balon lambung dimasukkan ke lambung.
  2. Sembelit atau diare
  3. Neri perut
  4. Gejala refluks atau gastroesophageal reflux disease (GERD) dapat semakin buruk setelah balon lambung dimasukkan ke lambung, hal tersebut diatasi dengan pemberian obat antasid (menetralkan asam lambung) setiap hari.

Balon lambung memiliki kemungkinan untuk menimbulkan beberapa komplikasi, namun jumlahnya sangat jarang.1,4 Komplikasi yang mungkin terjadi adalah 1,5,7:

  1. Balon lambung mengempes setelah diletakkan dalam lambung, sehingga mungkin dapat terjadi perpindahan balon lambung keluar lambung dan menyumbat usus.
  2. Terbentuk perforasi (lubang kecil) di kerongkongan atau lambung setelah proses memasukkan balon lambung.
  3. Balon lambung membesar (hyperinflation) secara spontan setelah ketika di lambung karena sebab yang tidak diketahui, sehingga memerlukan pengeluaran balon lambung lebih awal dari seharusnya.
  4. Pankreatitis akut (kondisi saat pankreas mengalami peradangan selama jangka waktu pendek tertentu 8)
  5. Ulcer (luka pada lapisan lambung atau bagian awal usus halus 9)

Apakah balon lambung efektif?

Berbagai peneliti telah meneliti efektivitas balon lambung. Namun, perlu dipahami bahwa hasil penelitian-penelitian berikut dilakukan di negara lain, sehingga hasilnya dapat sama maupun berbeda dengan hasil yang ditemui pada populasi di Indonesia.

  1. Penelitian Alsabah et al. menunjukkan adanya penurunan berat badan rata-rata sebesar 13 kg pada bulan ke-4 pemasangan balon lambung. Semua pasien melaporkan adanya rasa mual pada hari pertama pemasangan.10
  2. Penelitian Borges et al. pada orang dewasa dengan IMT 48 kg/m2 di Brazil menunjukkan bahwa balon lambung efektif pada 91,3% pasien. Rata-rata penurunan berat badan berlebih yang terjadi adalah 23,7 kg dan rata-rata penurunan IMT yang terjadi adalah 8,3 kg/m2. Sebanyak 17,3% pasien mengalami efek samping berupa rasa tidak nyaman pada perut, balon mengempes, dan intoleransi, namun tidak ada kasus komplikasi yang parah. Sebagian besar pasien (82,7%) tidak merasakan efek samping. Pada penelitian tersebut balon lambung tetap berasa pada lokasi yang seharusnya selama sekitar 5,5 bulan.11
  3. Tinjauan sistematik yang dilakukan oleh American Society for Gastrointestinal Endoscopy dan beberapa peneliti lainnya menunjukkan bahwa balon lambung jenis Obera menghasilkan persentase penurunan berat badan berlebih (% excess weight loss/ %EWL) sebanyak 25,44% setelah pada bulan ke-12.12
  4. Penelitian Su et al. menunjukkan bahwa balon lambung dapat memperpanjang waktu pengosongan lambung.13 Pengosongan lambung yang lebih lama berhubungan dengan rasa kenyang.14
  5. Tinjauan sistematis yang dilakukan oleh Kotinda et al. berdasarkan 13 penelitian menunjukkan bahwa terapi balon lambung lebih efektif untuk menurunkan berat badan pada orang dewasa yang kelebihan berat badan dibandingkan intervensi gaya hidup saja.15
  6. Penelitian Al-Sabah et al. menunjukkan adanya penurunan berat badan sebesar 10,9 kg antara sebelum pemasangan balon lambung dan setelah balon lambung dikeluarkan dari tubuh. Namun, sebanyak 34,7% pasien mengalami peningkatan berat badan setelah balon lambung dilepas.16
  7. Penelitian Dastis et al. menunjukkan adanya peningkatan berat badan rata-rata 4,2 kg pada 1 tahun dan 2,3 kg pada dua tahun setelah balon lambung dilepas.17
  8. Penelitian Genco et al. menunjukkan bahwa rata-rata indeks massa tubuh berkurang dari 28,6 kg/m2 menjadi 25,4 kg/m2 pada 6 bulan setelah balon lambung dipasang. Namun, indeks massa tubuh rata-rata menjadi 27 kg/m2 pada 3 tahun setelah balon lambung dilepas.18
  9. Penelitian Gómez et al. menunjukkan bahwa waktu pengosongan lambung pada pasien balon lambung memang menjadi lebih lama. Namun, setelah balon lambung dilepas, waktu pengosongan lambung kembali seperti semula.19

Pada intinya, berbagai penelitian memang membuktikan bahwa dalam jangka pendek, balon lambung efektif menurunkan berat badan. Bahkan, penurunan berat badan dengan balon lambung mungkin lebih cepat atau lebih besar dibandingkan perubahan pola hidup lebih sehat saja. Namun, dalam jangka panjang, dapat terjadi peningkatan berat badan seperti semula setelah balon lambung dilepas. Penilaian yang menyeluruh perlu dilakukan untuk akhirnya memutuskan apakah diperlukan tindakan balon lambung atau tidak.  Di sisi lain, tetap penting untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat agar perubahan berat badan dan aspek kesehatan lainnya stabil dan bertahan lama. Ubah pola makanmu menjadi lebih sehat bersama Ahli Gizi Dietela!

Editor: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, SKM, MKM

Dietela Quiz

Referensi

  1. Johns Hopkins Medicine. Gastric Balloon for Weight Loss, https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/gastric-balloon-for-weight-loss (accessed 8 August 2023).
  2. Healthdirect Australia. Inserting a gastric balloon, https://www.healthdirect.gov.au/surgery/inserting-a-gastric-balloon (2022, accessed 9 August 2023).
  3. Crossan K, Sheer AJ. Intragastric Balloon. StatPearls, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK578184/ (2023, accessed 9 August 2023).
  4. Stanford Health Care. Intragastric Balloon, https://stanfordhealthcare.org/medical-treatments/i/intragastric-balloon.html (accessed 9 August 2023).
  5. Dayyeh BKA. Intragastric Balloons for Obesity Management. Gastroenterol Hepatol (N Y) 2017; 13: 737.
  6. Yorke E, Switzer NJ, Reso A, et al. Intragastric Balloon for Management of Severe Obesity: a Systematic Review. Obes Surg 2016; 26: 2248–2254.
  7. Food and Drug Administration. UPDATE: Potential Risks with Liquid-filled Intragastric Balloons – Letter to Health Care Providers, https://www.fda.gov/medical-devices/letters-health-care-providers/update-potential-risks-liquid-filled-intragastric-balloons-letter-health-care-providers (2020, accessed 9 August 2023).
  8. National Health Service. Acute pancreatitis, https://www.nhs.uk/conditions/acute-pancreatitis/ (2022, accessed 9 August 2023).
  9. Johns Hopkins Medicine. Stomach and Duodenal Ulcers (Peptic Ulcers), https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/stomach-and-duodenal-ulcers-peptic-ulcers (accessed 9 August 2023).
  10. Alsabah S, Al Haddad E, Ekrouf S, et al. The safety and efficacy of the procedureless intragastric balloon. Surg Obes Relat Dis 2018; 14: 311–317.
  11. Borges AC, Almeida PC, Furlani SMT, et al. Intragastric balloons in high-risk obese patients in a Brazilian center: initial experience. Rev Col Bras Cir; 45. Epub ahead of print 2018. DOI: 10.1590/0100-6991E-20181448.
  12. Abu Dayyeh BK, Kumar N, Edmundowicz SA, et al. ASGE Bariatric Endoscopy Task Force systematic review and meta-analysis assessing the ASGE PIVI thresholds for adopting endoscopic bariatric therapies. Gastrointest Endosc 2015; 82: 425-438.e5.
  13. Su HJ, Kao CH, Chen WC, et al. Effect of intragastric balloon on gastric emptying time in humans for weight control. Clin Nucl Med 2013; 38: 863–868.
  14. Halawi H, Camilleri M, Acosta A, et al. Relationship of gastric emptying or accommodation with satiation, satiety, and postprandial symptoms in health. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol 2017; 313: G442–G447.
  15. Kotinda APST, de Moura DTH, Ribeiro IB, et al. Efficacy of Intragastric Balloons for Weight Loss in Overweight and Obese Adults: a Systematic Review and Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. Obes Surg 2020; 30: 2743–2753.
  16. Al-Sabah S, Al-Ghareeb F, Ali DAM, et al. Efficacy of intragastric balloon for the management of obesity: experience from Kuwait. Surg Endosc 2016; 30: 424–429.
  17. Dastis SN, François E, Deviere J, et al. Intragastric balloon for weight loss: results in 100 individuals followed for at least 2.5 years. Endoscopy 2009; 41: 575–580.
  18. Genco A, López-Nava G, Wahlen C, et al. Multi-centre European experience with intragastric balloon in overweight populations: 13 years of experience. Obes Surg 2013; 23: 515–521.
  19. Gómez V, Woodman G, Abu Dayyeh BK. Delayed gastric emptying as a proposed mechanism of action during intragastric balloon therapy: Results of a prospective study. Obesity (Silver Spring) 2016; 24: 1849–1853.