Berat Badan Ideal Selama Kehamilan

Penambahan berat badan pada wanita yang sedang hamil memang sebuah hal yang harus terjadi sebagai tanda bahwa kehamilannya sehat dan normal. Penambahan berat badan pada wanita hamil tentunya bukan semata-mata lemak di dalam tubuh bertambah lho. 

berat badan ideal selama kehamilan
Sumber Gambar: Freepik

Kenaikan berat badan pada ibu hamil merupakan kontribusi dari [1]:

  1. Berat janin yang dikandung
  2. Berat plasenta
  3. Cairan ketuban
  4. Optimalisasi jaringan reproduksi ibu (rahim dan payudara)
  5. Penambahan cairan saluran pencernaan
  6. Penambahan volume darah 
  7. Penambahan jaringan lemak

Ibu hamil tidak perlu khawatir dengan adanya penambahan jaringan lemak pada perut, punggung, dan lengan atas selama kehamilan karena hal ini memang dibutuhkan untuk memastikan ketersediaan cadangan lemak bagi ibu dan bayi selama hamil dan menyusui.[1] 

Kenaikan berat badan ibu hamil ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin dan kesehatan ibu selama kehamilan. Maka itu, indikator status gizi selama kehamilan bukan hanya terfokus kepada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, melainkan juga perlu sekali untuk memastikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan..[2]

Jumlah kenaikan berat badan yang dialami ibu hamil harus sesuai dengan rekomendasi Institute of Medicine (IOM) pada tahun 2009.[3] IOM merekomendasikan kenaikan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil sebagai indikator status gizi ibu sebelum hamil (Tabel. 1). 

Tabel 1. Kenaikan Berat Badan Selama Hamil Berdasarkan Status Gizi Sebelum Kehamilan

Status Gizi Sebelum Hamil IMT (Index Massa Tubuh) Sebelum Hamil Kenaikan Berat Badan yang Dianjurkan
Kekurangan berat badan < 18.5 kg/m2 12.5 – 18 kg
Normal 18.5 – 22.9 kg/m2 11.5 – 16 kg
Kegemukan 23 – 24.9 kg/m2 7 – 11.5 kg
Obesitas ⥸ 25 kg/m2 5 – 9 kg

Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi sumber energi yang cukup untuk mencegah kelebihan atau kekurangan peningkatan berat badan. Penambahan berat badan selama kehamilan tidak dianjurkan lebih maupun kurang dari rentang kilogram kenaikan berat badan yang dianjurkan karena bisa berakibat negatif pada kesehatan ibu dan janin selama dan pasca kehamilan. Namun faktanya hanya sekitar 30% perempuan yang mencapai kenaikan berat badan hamil sesuai rekomendasi pada tabel diatas. [4] 

Bagi para ibu hamil, berdasarkan Angka Kecukupan Energi populasi di Indonesia tahun 2021, direkomendasikan untuk menambahkan asupan energi selama kehamilan sebagai berikut[5] :

  1. Selama trimester 1 asupan energi ibu hamil perlu ditambah sekitar 180 kkal 
  2. Selama trimester 2 dan 3  asupan energi ibu hamil perlu ditambah sekitar 300 kkal 

Sedangkan bagi orang Indonesia yang tinggal di negara barat mungkin akan mendapatkan rekomendasi yang mirip-mirip dengan yang direkomendasikan oleh The Academy of Dietetic and Nutrition[6] yaitu tidak ada penambahan asupan energi untuk ibu hamil selama trimester 1, penambahan 340 kkal selama trimester 2, dan penambahan 450 kkal selama trimester 3. 

Obesitas Selama Kehamilan

Peningkatan asupan selama kehamilan memang penting, sayangnya terjadi kesalahan persepsi dimana ibu hamil harus menambah asupan energi 2 kali lipat dari asupan energi sehari-hari sebelum hamil karena dianggap memberi makan untuk dua orang. Persepsi yang salah ini menyebabkan ibu hamil menjadi lebih berisiko mengalami obesitas selama kehamilan akibat asupan berlebih sehingga peningkatan berat badan ibu melebihi dari anjuran.

Selain dari faktor asupan energi berlebih, faktor lain yang membuat ibu hamil berisiko mengalami obesitas selama kehamilan adalah rendahnya aktivitas fisik, asupan rendah serat, asupan tinggi lemak dan tinggi gula selama kehamilan. [2]

Faktanya, obesitas selama kehamilan ini sangat berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayi. Sebuah penelitian menunjukan bahwa anak berpotensi mengalami peningkatan risiko obesitas, penyakit jantung, stroke dan diabetes melitus tipe 2 jika selama kehamilan ibunya mengalami obesitas.[7] 

Penelitian lain menunjukkan efek dari obesitas selama kehamilan bisa mempengaruhi anak mengalami peningkatan risiko terkena penyakit infeksi dan perubahan struktur DNA sejak usia anak-anak. Sedangkan bagi diri ibu pribadi, obesitas selama kehamilan meningkatkan risiko diabetes gestasional (diabetes terjadi saat kehamilan) dan preeklamsia yang juga membahayakan kesehatan ibu pasca melahirkan.[8] Selain itu, hal tersebut juga meningkatkan risiko keguguran tidak hanya pada trimester pertama tetapi di usia kehamilan selanjutnya. [9]

Kenaikan Berat Badan Kehamilan Terlalu Sedikit

Kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan juga dapat berakibat buruk pada perkembangan dan pertumbuhan janin. Penelitian IOM tahun 2018 menunjukkan 1 dari 5 perempuan mengalami kekurangan berat badan selama masa kehamilan dan biasanya hal ini lebih banyak terjadi pada perempuan yang berstatus gizi kurang pada saat sebelum hamil. 

Morning sickness atau mual muntah pada awal kehamilan sering menjadi kendala untuk terjadinya kenaikan berat badan karena nafsu makan menjadi berkurang sehingga asupan energi tidak adekuat dan ibu semakin sulit untuk mencapai target kenaikan berat badan. Maka dari itu, perempuan yang mengalami hiperemesis gravidarum (mual muntah hebat saat hamil) harus ditangani secara medis selama masa kehamilannya agar kenaikan berat badan ibu bisa terjamin dan tidak terjadi penurunan berat badan yang tidak diharapkan pada ibu hamil. 

Perempuan yang sebelum hamil mengalami kegemukan dan obesitas tetap dianjurkan untuk meningkatkan berat badan walaupun total kenaikannya selama hamil dianjurkan tidak lebih dari 9 -11.5 kg. Mereka tidak disarankan melakukan pembatasan asupan makanan untuk mencegah kenaikan berat badan selama hamil. Penelitian menunjukkan perempuan obesitas yang peningkatan berat badan selama hamilnya lebih rendah dari yang dianjurkan lebih berisiko mengalami kematian bayi.[10] 

Amat disayangkan, berdasarkan penelitian dari Rasmussen dan Yaktine (2009) diketahui bahwa masih ada 30% perempuan berusaha untuk tidak mengalami kenaikan berat badan selama hamil atau bahkan malah menurunkan berat badan selama kehamilan. Padahal Furber dkk (2013) menunjukkan bahwa penurunan berat badan saat hamil sangat tidak dianjurkan karena penurunan berat badan ibu selama kehamilan dapat meningkatkan peredaran keton dalam darah yang merupakan hasil dari pemecahan sel lemak. Jika jumlah keton yang beredar dalam darah di tubuh ibu meningkat ada kemungkinan dapat mempengaruhi perkembangan otak janin.[11]

Pola Makan Dan Gaya Hidup Untuk Penambahan Berat Badan Yang Ideal Saat Hamil

Pola makan, gaya hidup dan status gizi yang optimal harus dimulai sejak mempersiapkan kehamilan atau sebelum hamil. Pengukuran tinggi badan sangat disarankan diukur sejak sebelum hamil untuk memudahkan perhitungan indek massa tubuh (IMT). Bagi setiap wanita yang sedang mempersiapkan kehamilan mengetahui IMT sebagai indikator status gizi adalah sebuah kewajiban.

Bagi ibu hamil yang sebelum hamil ada dalam kondisi kegemukan dan obesitas mungkin berkeinginan untuk tidak mengalami peningkatan berat badan yang signifikan. Namun kenyataannya peningkatan berat badan badan saat hamil tetap dibutuhkan dalam jumlah kilogram yang sesuai dengan rekomendasi. Maka itu, monitoring peningkatan berat badan kehamilan masih menjadi indikator penting dalam memantau kesehatan ibu dan janin. 

Diperlukannya kenaikan berat badan selama hamil bukan juga membenarkan pernyataan selama hamil harus mengkonsumsi makanan apapun yang kita mau atau makan sebanyak-banyaknya untuk memastikan pertumbuhan janin. Kunci dari peningkatan berat badan selama hamil harus difokuskan pada penambahan asupan energi dari konsumsi sumber bahan makanan yang zat gizinya lengkap dan berkualitas daripada sekedar dari jumlah kalorinya. Kebutuhan energi yang meningkat berkisar 180-330 kkal bisa didapatkan dengan pemilihan makanan padat gizi, penambahan snacks tinggi protein dan sayuran buah tinggi serat. 

Suplemen asam folat, zat besi dan vitamin D umumnya direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil untuk membantu memenuhi kebutuhan dari asupan makanan. Selain itu, ibu hamil juga direkomendasikan beraktivitas fisik 30 menit per hari, lima kali per minggu. Hal ini dapat menjadi rutinitas untuk melakukan aktivitas fisik khusus didesain untuk ibu hamil seperti pilates, yoga dan zumba. 

Editor: Rifqah Indri Amalia, S.Gz, M.Sc

Referensi:

  1. Mahan LK Escott-Stump S. Krause’s Food Nutrition & Diet Therapy. 10th ed. Philadelphia: W.B. Saunders; 2018
  2. Phelan S. Pregnancy: a “teachable moment” for weight control and obesity prevention. Am J Obstet Gynecol. 2010;202(2):135.e1-8.
  3. Rasmussen KM, Yaktine AL: Weight gain during pregnancy: reexamining the guidelines, Washington, DC, 2009, IOM, NRC. 
  4. Siega-Riz AM, Gray GL: Gestational weight gain recommendations in the context of the obesity epidemic, Nutr Rev 71(Suppl 1):S26, 2013. 
  5. AKG.2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019. 
  6. Healthy weight during pregnancy. Academy of Nutrition and Dietetics website. https://www.eatright.org/health/pregnancy/prenatal-wellness/healthy-weight-during-pregnancy. Published July 9, 2019. Accessed September, 2022
  7. Godfrey KM, Reynolds RM, Prescott SL, et al. Influence of maternal obesity on the long-term health of offspring. Lancet Diabetes Endocrinol. 2017;5(1):53-64.
  8. Norman JE, Reynolds RM. The consequences of obesity and excess weight gain in pregnancy. Proc Nutr Soc. 2011;70(4):450-456.
  9. Singh GK, DiBari JN. Marked disparities in pre-pregnancy obesity and overweight prevalence among US women by race/ethnicity, nativity/immigrant status, and sociodemographic characteristics, 2012–2014. J Obes. 2019;2019:2419263.
  10.  Power ML, Lott ML, Mackeen AD, DiBari J, Schulkin J. A retrospective study of gestational weight gain in relation to the Institute of Medicine’s recommendations by maternal body mass index in rural Pennsylvania from 2006 to 2015. BMC Pregnancy Childbirth. 2018;18(1):239.
  11. Rasmussen KM, Yaktine AL: Weight gain during pregnancy: reexamining the recommendations, Washington, DC, 2009, Institute of Medicine, National Research Council.