Tentang PCOS, Pastikan Kamu Paham 5 Hal Ini

Istilah PCOS mungkin sudah tidak begitu asing lagi di telinga banyak orang. PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome merupakan suatu gangguan hormon yang terjadi pada wanita usia subur (WUS) di kisaran usia 18 – 45 tahun. Di artikel ini, tim Dietela akan mencoba untuk membahas seputar PCOS dan memeriksa informasi yang banyak beredar berdasarkan hasil penelitian serta fakta  terkini yang kami temui.

PCOS
Sumber gambar: Freepik

1. PCOS bukanlah kondisi langka, melainkan gangguan hormon yang umum ditemui pada WUS

Sebanyak 6-12% WUS di dunia mengalami  PCOS1. Walaupun belum ada data yang menggambarkan populasi WUS di Asia dengan PCOS, akan tetapi China sudah melakukan survei nasional tahun 2022 yang menunjukkan bahwa ada peningkatan PCOS secara signifikan sekitar 65% pada WUS di China dalam 10 tahun terakhi2. Di dalam survey ini terindikasi bahwa kenaikan kasus PCOS sejalan dengan meningkatnya kasus obesitas, termasuk obesitas pada wanita di China.

Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini belum ada data nasional yang menjadi rujukan pasti mengenai jumlah WUS dengan PCOS di Indonesia sehingga belum dapat diperkirakan. Namun kesadaran & keingintahuan terkait PCOS semakin berkembang di Indonesia. Sebagai sebuah gambaran, salah satu akun sosial media pejuang PCOS di Indonesia saat ini telah memiliki 52.000 pengikut yang merupakan mantan atau penderita PCOS.

Di sisi lain, terdapat sejumlah kondisi yang berkaitan erat dengan PCOS, yaitu gangguan metabolik berupa resistensi hormon insulin dan obesitas3 Jika kita lihat tren tahun ke tahun di Indonesia jumlah masyarakat yang memiliki DM selalu meningkat.  Data terakhir di tahun 2018 memperlihatkan sebanyak 2% masyarakat Indonesia berusia 15 tahun terdiagnosis  DM.  Jumlah ini meningkat dari tahun 2013. Fakta menariknya, apabila dibandingkan menurut jenis kelamin, di Indonesia jumlah wanita dengan DM itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan pria4. Tidak hanya angka DM, angka obesitas di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke 2018, dimana sebanyak 15.4% masyarakat Indonesia saat ini obesitas (IMT  ≥27 kg/m2) 4. Peningkatan status gizi ini disebabkan oleh gaya hidup berupa pola makan yang tinggi gula, garam, lemak serta aktivitas fisik yang sedenter. Akibat dari gaya hidup tidak sehat tersebut dapat memengaruhi kestabilan berbagai hormon di tubuh juga.

2. Belum ada penyebab pasti PCOS

Penyebab utama dari PCOS sendiri belum dapat dipastikan karena terdapat banyak faktor kompleks, mulai dari genetik serta gaya hidup yang dapat menimbulkan gejala-gejala PCOS.

Sejumlah gejala PCOS yang sering terlaporkan diantaranya:

a) Menstruasi yang tidak teratur

Sebetulnya ada banyak faktor yang menyebabkan menstruasi tidak teratur, akan tetapi kamu perlu waspada ketika sampai usia 18 tahun belum ada tanda mulai menstruasi atau ketika kamu mengalami ketidakteraturan menstruasi secara terus menerus sampai menyebabkan kamu hanya mengalami 3-4 kali menstruasi dalam setahun. Bisa jadi ini menjadi penanda kamu mengalami PCOS.

b) Hormon androgen (hormon seks pria) berlebih

Gejala ini biasanya ditandai dengan hirsutism atau rambut tumbuh lebih lebat di area tertentu yang tidak umum pada wanita, seperti di bagian wajah, dada, punggung, perut bawah dan paha bagian dalam. Untuk memastikannya disarankan melakukan tes hormon dengan uji laboratorium.

c) Munculnya kantung-kantung berisi cairan di ovarium

Kantung-kantung ini belum tentu sebuah kista, akan tetapi munculnya kantung berisi cairan mengakibatkan sel telur tidak berkembang dengan baik dan gagal dilepaskan secara teratur setiap bulannya sehingga sulit untuk menstruasi atau terjadi pembuahan (hamil).

Adanya 2 dari 3 gejala tersebut menjadi cara untuk mendiagnosis PCOS pada WUS5. Diagnosis PCOS ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang melainkan hanya dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Obstetrician-Gynecologists/ObsGyn).

3. PCOS tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikelola dengan baik melalui gaya hidup sehat

PCOS memang tidak dapat disembuhkan sampai saat ini, akan tetapi dengan beberapa upaya berkaitan dengan gaya hidup sehat yang dilakukan dapat membuat gejala-gejala PCOS membaik kok.  Penelitian menunjukkan komponen gaya hidup sehat berikut jika dilakuan secara konsisten dapat membantu perbaikan gejala PCOS, yaitu:

a) Pola makan atau diet sehat

Walapun banyak ditemukan penderita PCOS yang juga mengalami obesitas, namun tidak berarti pola makan penderita PCOS harus berupa diet deficit kalori. Hal tersebut karena tidak semua WUS dengan PCOS status gizinya lebih, ada juga yang normal bahkan kurang. Maka dari itu, diet sehat yang perlu dilakukan oleh WUS dengan PCOS adalah diet seimbang sesuai dengan tujuan mendapatkan berat badan ideal, porsi makanan  sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi sehari, mengonsumsi bahan makanan yang dapat mengurangi inflamasi tubuh serta menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Penderita PCOS disarankan untuk lebih sering mengonsumsi whole foods atau bahan makanan segar yang dimasak dibandingkan mengonsumsi makanan cepat saji dan ultra processed food yang biasanya tinggi garam, gula dan lemak. Whole foods ini terdiri dari makanan pokok (beras, jagung, oat), lauk hewani (ikan, ayam, telur, batasi daging merah), lauk nabati (tempe, tahu, kacang-kacangan), dan berbagai jenis serta warna sayur dan buah.

Apabila baru ingin mulai menerapkan diet sehat, pastikan tidak salah langkah ya. Memulai diet sehat yang tepat sebaiknya dilakukan Bersama dengan ahli gizi dibandingkan mencoba diet viral terkini. Perubahan pola makan secara sembarangankarena mengikuti tren atau “kata orang” tidak dapat dipastikan efeknya terhadap perbaikan PCOS. Di sisi lain perubahan pola makan tanpa pengawasan ahli gizi malah bisa berdampak pada hubungan diri dengan makanan dan Kesehatan mental.

b) Aktif bergerak

Tidak perlu langsung berolahraga 30 menit sehari apabila memang belum terbiasa atau sudah lama tidak olahraga. Mulailah dari aktif bergerak pada kegiatan rumahan sehari-hari seperti  rutin peregangan, jalan kaki di pagi atau sore hari, naik turun tangga, menyapu & mengepel rumah, berkebun atau  bersepeda santai. Untuk kamu yang sudah  terbiasa olahraga, hal ini perlu terus dipertahankan. Namun juga perlu diperhatikan apakah asupan makan kamu sudah sesuai atau masih seperti balas dendam setelah berolahraga. Bergerak lebih aktif dapat Membuat tubuh lebih sensitive terhadap hormon insulin sehingga membantu WUS dengan PCOS untuk menjaga kadar gula darah stabil.

c) Waktu istirahat yang cukup

Waktu istirahat yang dimaksud adalah waktu tidur, terutama tidur malam. Durasi umum yang disarankan antara 6-8 jam. Akan tetapi, selain durasi, kualitas tidur juga perlu diperhatikan. Kualitas tidur yang kurang baik dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan obesitas6 yang berkaitan dengan PCOS.

  Kualitas tidur dapat ditingkatkan dengan memerhatikan sleep hygienes agar ritme sirkadian atau siklus tidur-bangun terjaga keteraturannya. Beberapa sleep hygienes yang bisa kamu coba terapkan adalah tidak mengonsumsi kafein di sore dan malam hari, mematikan lampu ketika tidur, menjauhkan gadget dari kasur, tidur malam di jam yang sama secara rutin.

d) Stres yang terkendali

Stres dapat menjadi salah satu penyebab dan juga salah satu faktor yang memperburuk kondisi PCOS. Diketahui bahwa hormon kortisol (penanda stres tubuh) pada WUS dengan PCOS memang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak7. Hal tersebut berkaitan dengan status gizi lebih dan persebaran lemak dalam tubuh. Tingginya hormon kortisol dalam jangka waktu panjang akan berbahaya untuk tubuh.

Dampak dari tingginya hormon kortisol dalam jangka waktu panjang adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh (imunitas), memperparah resistensi insulin dan juga meningkatkan produksi hormon androgen. Selain itu, produksi beberapa hormon; luteinizing (LH), follicle-stimulating hormone (FSH) dan prolaktin dapat terganggu sehingga menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.

Keempat  perlu diterapkan secara bersamaan & konsisten untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian Kamu bisa memulainya dari yang paling mudah lalu secara bertahap menerapkan komponen gaya hidup lainnya hingga semua komponen kamu terapkan.

4. Produk kedelai masih boleh dikonsumsi oleh WUS dengan PCOS

Memang banyak anggapan bahwa kacang-kacangan termasuk kedelai dan produk turunannya seperti tempe, tahu, sari kedelai tidak boleh dikonsumsi oleh penderita PCOS karena dapat memperburuk kesuburan. Padahal, menurut penelitian terkini, kedelai justru menimbulkan efek yang baik.

Pada satu penelitian kohort yang melihat hubungan fitoestrogen kedelai pada wanita yang menjalani program kesuburan dengan assisted reproductive technology (ART) menemukan bahwa kedelai meningkatkan tingkat pembuahan, tingkat kehamilan dan kelahiran hidup (44% vs 31%) lebih tinggi pada wanita mengonsumsi kedelai dibandingkan dengan yang tidak8.

Belum ada penelitian yang menunjukkan efek buruk dari konsumsi kedelai pada WUS dengan PCOS. Asupan kedelai justru memperbaiki resistensi insulin, trigliserida, kolesterol dan LDL secara signifikan pada WUS dengan PCOS. Masih dalam penelitian yang sama, terjadi peningkatan antioksidan glutothine yang Membuat stress oksidatif pada WUS dengan PCOS berkurang9

     Kacang-kacangan termasuk kedelai merupakan golongan pati resisten (resistant-starch) yang terbukti berperan membantu menjaga bakteri baik usus dan kesehatan usus secara menyeluruh. Pati resisten dapat memetabolisme isoflavin kedelai sehingga mengurangi gejala-gejala dari PCOS pada tikus percobaan10. Dari sini dapat diartikan juga bahwa asupan kedelai terutama jika porsi dan cara mengolahnya tepat, sudah tidak perlu menjadi hal yang dikhawatirkan bagi WUS dengan PCOS.

5. WUS dengan PCOS masih berkesempatan untuk hamil

Bagi WUS dengan PCOS, jangan khawatir soal kesempatan hamil karena kehamilan masih dapat diupayakan dan dirasakan olehmu. Sebelum kehamilan secara alami dapat terjadi, perubahan gaya hidup sehat meliputi pola makan, aktivitas fisik dan tingkat stress harus dikontrol terlebih dahulu agar gula darah stabil, hormon-hormon lebih seimbang, serta kesiapan ovulasi semakin baik.

Ketika gaya hidup sudah sehat, penambahan obat dapat dilakukan setelah konsultasi dengan ObsGyn. Studi kasus tentang kehamilan pada WUS dengan PCOS menghasilkan 80% dari WUS yang diberikan obat klomifen sitrat berhasil ovulasi, setengah dari WUS yang berhasil hamil tersebut bahkan menjalani kehamilan secara alami setelah enam siklus menstruasi terlewati11.

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa WUS dengan PCOS yang berhasil hamil memang berisiko lebih tinggi terhadap risiko merugikan (adverse pregnancy outcomes) sehingga memerlukan konsultasi dan manajemen kesehatan dengan tenaga medis lebih sering, baik untuk ibu dan bayi saat hamil dan setelah persalinan12

Selain pemberian obat, masih ada juga metode lain, yaitu In Vitro Fertilisation (IVF) yang dapat dicoba. Sebelum menentukan metode ini sebagai tindakan yang akan dicoba, pastikan sudah berkonsultasi dengan Obsgyn terlebih dahulu karena biaya yang tidak murah dan prosedur yang khusus. Kemungkinan WUS dengan PCOS berhasil hamil ada di 20%-40%.

Kelima hal di atas adalah hal-hal dasar yang perlu diketahui, bukan hanya bagi kamu yang memiliki PCOS, tetapi juga bagi kamu yang memiliki pasangan, keluarga ataupun  teman dengan kondisi PCOS. Walaupun tidak merasakan secara langsung, setidaknya dengan memahami PCOS maka kamu bisa lebih bersimpati terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh WUS dengan PCOS, mulai dari usaha diet, olahraga sampai treatment kesuburan lainnya.

Bagi kamu yang memiliki PCOS, yuk semangat untuk memulai, meneruskan ataupun menjaga gaya hidup sehat. Ingat, gaya hidup sehat bukan sekadar akan memperbaiki gejala-gejala PCOSmu, akan tetapi juga membantumu terhindari dari risiko penyakit tidak menular lainnya di masa tua nanti. Bayangkan di masa tua kamu masih dapat bermain dan bercanda bersama pasangan dan juga anak cucu, betapa bahagianya, kan?

Editor: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, SKM, MKM

Referensi

  1. Skiba MA, Islam RM, Bell RJ, Davis SR. Understanding Variation in Prevalence Estimates of Polycystic Ovary Syndrome: A Systematic Review and Meta-Analysis. Hum Reprod Update (2018) 24:694–709. doi:  10.1093/humupd/dmy022
  2. Yang, R., Li, Q., Zhou, Z., Qian, W., Zhang, J., & Wu, Z. et al. (2022). Changes in The Prevalence of Polycystic Ovary Syndrome in China Over The Past Decade. The Lancet Regional Health – Western Pacific25, 100494. doi: 10.1016/j.lanwpc.2022.100494
  3. Gilbert, E. W., Tay, C. T., Hiam, D. S., Teede, H. J., & Moran, L. J. (2018). Comorbidities and Complications of Polycystic Ovary Syndrome: An Overview of Systematic Reviews. Clinical endocrinology89(6), 683–699. https://doi.org/10.1111/cen.13828
  4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2018
  5. Rotterdam, E.A.-S.P.C.W.G. Revised 2003 Consensus on Diagnostic Criteria and Long-Term Health Risks Related to Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Human Reproduction. 2004;19(1):41–47.
  6. Koren, D., Dumin, M., & Gozal, D. (2016). Role of Sleep Quality in The Metabolic Syndrome. Diabetes, Metabolic Syndrome And Obesity: Targets And Therapy9, 281–310. https://doi.org/10.2147/DMSO.S95120
  7. Basu BR, Chowdhury O, Saha SK. Possible Link Between Stress-related Factors and Altered Body Composition in Women with Polycystic Ovarian Syndrome. J Hum Reprod Sci. 2018 Jan-Mar;11(1):10-18.
  8. Vanegas, J. C., Afeiche, M. C., Gaskins, A. J., Mínguez-Alarcón, L., Williams, P. L., Wright, D. L., Toth, T. L., Hauser, R., & Chavarro, J. E. (2015). Soy Food Intake and Treatment Outcomes of Women Undergoing Assisted Reproductive Technology. Fertility and sterility103(3), 749–55.e2. https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2014.12.104
  9. Jamilian, M., & Asemi, Z. (2016). The Effects of Soy Isoflavones on Metabolic Status of Patients With Polycystic Ovary Syndrome. The Journal Of Clinical Endocrinology &Amp; Metabolism101(9), 3386-3394. doi: 10.1210/jc.2016-1762 
  10. Liyanage, G., Inoue, R., Fujitani, M., Ishijima, T., Shibutani, T., & Abe, K. et al. (2021). Effects of Soy Isoflavones, Resistant Starch and Antibiotics on Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)-Like Features in Letrozole-Treated Rats. Nutrients13(11), 3759. doi: 10.3390/nu13113759
  11. Frankfurter, D. (2015). Getting Pregnant with PCOS. In: Davies, T. (eds) A Case-Based Guide to Clinical Endocrinology. Springer, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-2059-4_38
  12. Liu, S., Mo, M., Xiao, S., Li, L., Hu, X., & Hong, L. et al. (2020). Pregnancy Outcomes of Women With Polycystic Ovary Syndrome for the First In Vitro Fertilization Treatment: A Retrospective Cohort Study With 7678 Patients. Frontiers In Endocrinology11. doi: 10.3389/fendo.2020.575337